Masyarakat Aceh Tunjukkan Nuansa Hidup Bersyariat kepada Tamu PON XXI

  • Bagikan

BANDA ACEH.latahzannesw.com -Kabid Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Da’i Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh, Dr. Fikri Bin Sulaiman Ismail, Lc, MA menghimbau masyarakat Aceh untuk menunjukkan jati diri orang Aceh yang bersyariat kepada para tamu PON Aceh – Sumut 8 September 2024 mendatang.

”Jadi kita himbau masyarakat Aceh bahwa inilah kesempatan kita untuk menunjukkan bahwa kita orang Aceh bersyariat, warung-warung sepatutnya punya daftar harga makanan, minuman, jangan nanti saat bayar, kaget tamunya. Inilah prinsip Islam jual beli transparan, harus jelas.“

Harapan ini diungkapkan Dr.Fikri menjawab latahzannews.com saat ditemui di kantornya di kawasan Jeulingke kota Banda Aceh, Jumat (2/8/2024).

Saat wawancara, Fikri yang didampingi dua Kepala Seksi, Rakhmat Juhari dan Zuflinar Dewi menambahkan, Aceh ini sudah dikenal secara nasional sebagai daerah yang menerapkan perinsip-prinsip Syari’at Islam. Kita harapkan tamu-tamu yang akan datang sudah terlebih dahulu mengetahui ini.

”Tentunya kita perlu upaya-upaya sosialisasi di tempat-tempat strategis. Seperti di bandara-bandara dan pelabuhan luar untuk mengingatkan kembali bahwa kita akan menuju ke daerah yang memiliki sedikit aturan yang berbeda.”

Ia juga menyebutkan, para tamu nantinya hanya diharapkan untuk ikut menjaga ketentraman, tidak mungkin dipaksakan non muslim harus pakai jilbab. Kita harapkan mereka tahu lah perlu disiplin untuk berpakaian yang sopan, nggak mungkin ke Aceh pakai pakaian bikini”, katanya.

Tapi yang lebih penting dari itu bahwa Aceh ini sebagai daerah Syari’at Islam, jadi fokusnya bukan hanya kepada tamu yang datang. Sekarang bagaimana kita sendiri, karena ini moment untuk orang Aceh menunjukkan kepada tamu inilah syari’at Islam, aman, damai, tidak ada tipu-tipu. Kalau ada kelapa satu bayarnya 100 ribu, kalau naik becak bayarnya 150 ribu, kan nggak mungkin, tambah Fikri.

Dr. Fikri menyebut, Aceh sangat aman bila dibandingkan dengan kota besar lain dimana kita pasti tidak berani berada di jalanan setelah tengah malam, dini hari, tapi di Aceh pukul 2 malam jika masih berada di jalan atau pasar tetap aman tidak ada gangguan seperti adanya kelompok anak-anak muda mabuk-mabuk di pojok kota.

”Aceh ini sangat aman tapi dari dulu jarang ada pihak yang mau menulis tentang kondisi Aceh yang paling aman ini” tutup Fikri. (ADV)

 

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *