BANDA ACEH.latahzannews.com – Anggota MPU Kota Banda Aceh dan Pimpinan Dayah Mini Aceh,Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc. MA, menanggapi berbagai isu yang menghebohkan akhir-akhir ini,
Ia menyampaikan pernyataan tegas yang mengingatkan kembali peran strategis Aceh dalam sejarah Indonesia.
Aceh bukanlah provinsi biasa, katanya, tetapi merupakan daerah modal yang memiliki kontribusi signifikan dalam terbentuknya Indonesia yang berdaulat.
“Walaupun Aceh sekarang hanya sebuah provinsi, ingatlah bahwa Aceh ini adalah kakak tertua Indonesia. Aceh kaya akan budaya, sejarah, dan keindahan alam yang tidak bisa diabaikan begitu saja,” ungkapnya di mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis( 15/8/2024).
Dia menambahkan, kekhususan Aceh, terutama dalam penerapan hukum syariat Islam, adalah bagian integral dari identitas Aceh. “Aceh memiliki identitas yang khas dengan penerapan syariat Islam yang dijalankan secara legalitas. Ini mencerminkan komitmen Aceh terhadap nilai-nilai budaya dan agama yang dianut,” kata Tgk. Umar.
Lebih lanjut, Tgk. Umar menyoroti pentingnya pengakuan dari pemerintah pusat atas kekhususan Aceh ini.
“Kami berharap pusat dan daerah lain ikhlas dengan keistimewaan Aceh ini. Jangan ada pejabat tinggi negara yang bersikap sentimentil, tendensius, atau cemburu dengan kekhususan Aceh. Jangan sampai tindakan yang merendahkan harkat dan martabat Aceh dilakukan untuk melemahkan spirit keacehan,” tegasnya.
Tgk. Umar menyesalkan terhadap insiden pencopotan jilbab secara paksa yang dialami oleh wanita Aceh yang ikut Paskibraka.
“Kasus pencopotan jilbab ini adalah penghinaan besar terhadap Aceh. Ini seolah-olah ada settingan untuk menjatuhkan marwah Aceh. Kami merasa geram dengan berbagai upaya yang merusak citra Aceh, seperti kontes waria yang memenangkan Aceh atau distribusi kondom kepada remaja yang sebenarnya membutuhkan pendidikan dan beasiswa, bukan kondom,” ujarnya dengan nada tegas.
Tgk. Umar memberikan ultimatum yang tegas. “Kalau memang pusat atau oknum negara masih tidak ikhlas dengan Aceh, sebaiknya lepaskan saja Aceh, bukan jilbab wanitanya yang dicopot. Insya Allah, Aceh siap independen tanpa ketergantungan dengan siapa pun, kecuali kepada Allah, pencipta alam semesta ini,” pungkasnya.(r/kas)